Ada Dugaan Adu Domba Antara KS, Komite SMKN Ngadirojo Pacitan Dan Wartawan

PACITAN LN.99 - Dunia On line merupakan dunia maya yang banyak sekali menunya.Dari masalah kelahiran sampai dengan kematian manusia sudah lengkap narasi dan faktanya. Mencuatnya pemberitaan yang dilakukan salah satu media online mengenai pernyataan kepala sekolah SMKN Ngadirojo terkait dana sumbangan komite dan pemotongan Program Indonesia Pintar (PIP) menjadi bertambahnya bola liar di kalangan publik.
Pasalnya, diduga salah satu wartawan tersebut bertujuan ingin mengcounter pemberitaan yang dilakukan oleh beberapa media online di Pacitan dengan tujuan bahwa pemberitaan sebelumnya tidaklah benar.

Tentu saja melihat kejadian itu membuat beberapa jurnalis yang sudah susah payah mendapatkan data dan juga wawancara dari narasumber merasa seperti dipatahkan dengan tulisan yang diduga untuk menutupi beritanya.

Karena penasaran dan ingin mengetahui kebenaranya, salah seorang wartawan yang sebelumnya menulis pemberitaan mengenai sekolah SMK Negeri Ngadirojo ini pun menanyakan dan mengklarifikasi langsung kepada pihak kepala sekolah.
 
Dari hasil percakapan antara salah seorang jurnalis dengan kepala sekolah ini, ternyata pihak kepala sekolah dihubungi lewat WhatsApp massangernya dan mengatakan bahwa akan mengcounter pemberitaan yang sebelumnya diunggah oleh beberapa media lain.

Selain itu, dirinya juga mengaku sebagai salah satu orang terpenting di Forum Pewarta Pacitan (FPPA). 

“GT (Nama samaran) yang menghubungi saya. Saya itu nomere GT tidak punya, GT yang mana juga tidak tahu, ya hanya via WA saja, saya tidak bertemu sama sekali. Katanya mau mengcounter karena dia ketua wartawan, ya saya persilahkan,” terang Banjir melalui rekaman suara dalam percakapanya dengan salah satu awak media yang tidak mau disebutkan namanya.

Selain itu, Kepala sekolah SMKN Ngadirojo tersebut kaget dengan pemberitaan sebelumnya yang mengatakan bahwa ada anggota komite yang menuding dirinya korupsi.

"Ya kemarin saya bantah, kok malah jadi di adu domba komite dengan saya. Kemarin saya juga di telpon oleh para pengurus komite terkait pemberitaan itu. Tapi setelah saya kumpulkan dan dijelaskan bahwa itu salah berita," terang Banjir.

Tak sampai disitu, sebelumnya ada isu bahwa salah seorang wartawan akan dilaporkan kepada Polisi terkait pemberitaan SMKN Ngadirojo.

”Ya, saya mendapatkan informasi melalui telepon dari pengurus FPPA bahwa saya akan dilaporkan oleh pihak sekolah ke kepolisian terkait dengan pemberitaan SMK Ngadirojo,” terang EP saat dimintai keterangan.

EP mengaku bahwa penulisannya terkait SMKN Ngadirojo ini sudah berdasarkan kode etik jurnalistik. 

“Saya menulis itu berdasarkan narasumber dari orang tua siswa yang saat ini juga rekamannya masih saya pegang,” katanya, Kamis (29/1/25) lalu.

Merasa tidak nyaman, hal itupun langsung ditanyakan kepada pihak kepala sekolah SMK Ngadirojo. Namun ternyata keterangan kepala sekolah ini menampik kalau pihaknya akan melaporkan ke pihak kepolisian.

 “Tidak, saya tidak pernah untuk upaya melaporkan kepada polisi,” bantah Banjir.

Dari kejadian ini, merasa jadi korban intimidasi dan adu domba, EP prihatin terhadap kelakuan rekannya yang sama-sama berprofesi sebagai jurnalis.

Ya harusnya sebagai ketua, GT ini menjadi pengayom terhadap anggotanya dan tidak seharusnya serta merta meskipun sebagai ketua FPPA bisa seenaknya mau mengondisikan anggotanya,” pungkasnya kepada wartawan.(tim)