pandang yang berbeda, terlebih masyarakat awam hanya sebatas mendengar berita politik dari mulut ke mulut, media sosial.
Diskusi dan perdebatan politik bak panggung ILC sering menjadi topik pembahasan di lokasi pos ronda, dipojok warung kopi, serta tempat tempat nongkrong umum.Topik pembicaraanpun berawal dari A sampai Z yang tak ada ujung pangkalnya. Ada hal menarik dari topik pembicaraan para tokoh pilitikus lokal terkait isu ketidak harmonisan koalisi antara biru dan kuning, sampai isu ketua DPRD Ronny Wahyono yang konon kabarnya terdzolimi, sehingga alunan frekuensi tersebut terbawa gelombang menggaung hampir di seluruh jagat Kabupaten pacitan.
Sangat prihatin, nama Ronny Wahyono caleg dapil VI Tulakan - Kebonagung tak ada ruang tuk bergerak, konstituen akan dilibas habis oleh calon yang lain. Ronny Wahyono ketua DPRD Pacitan mempunyai andil besar dalam membesarkan Partai Demokrat, namun ketika mendaftar sebagai Caleg, ia mendapatkan nomer urut dua (2).
Bukankah seharusnya mendapatkan nomer urut satu (1)?
Ini kan salah satu bukti ada indikasi muatan untuk menggeser perolehan suaranya, meskipun Ronny terbilang kader kawakan di Partai, kedudukannyapun sebagai sekretaris tergeser oleh kader lain. Hal semacam ini menimbulkan opini dan isu di kalangan masyarakat.
Kemudian muncul isu miring yang menjadi bahan obrolan disetiap sudut kedai. Meskipun isu terbut belum terbukti kebenaranya, tapi cukup asyik sebagai tema diskusi.
Kabar tampak bukan karena tanpa sebab, apalagi melihat perkembangan dinamika politik yang tak kenal mana kawan mana lawan, hal ini sering muncul di permukaan karena menjelang pemilu. Jadi wajar adanya isu yang berkembang saling berebut simpati dari masyarakat sampai ada wacana pembunuhan karakter yang bertujuan untuk memuluskan tujuannya.
Isu semacam ini tidak hanya menimpa di salah satu partai. Apalagi calon incumbent jumlahnya relatif sedikit jika dibanding calon baru. Kadang dalam satu partaipun saling rebut suara, saling sikut . Bukankah calon legislatif dituntut membela kepentingan rakyat, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya pembelian suara."sahut peserta yang lain sambil minum kopi.
Koresponden LN. 99 Pacitan berusaha untuk menggali, mencari kebenaran, pembenaran akan isu tersebut. Penelusuran terus dilakukan sampai ke wilayah kecamatan Tulakan, bertemu warga yang sedang asyik duduk santai di warung kopi pasar Tulakan, kemudian awak media mengajukan pertanyaan, apakah kenal dengan Ronny Wahyono? Tanpa pikir panjang warga tersebut menjawab dengan menganggukan kepalanya, "Saya kenal dengan Ronny Wahyono dari dulu sejak Almarhum H Suyono menjabat Bupati,"jawabnya singkat.
Penelusuran tidak sampai disitu saja dan LN. 99 biro Pacitan berusaha menghubungi Ronny Wahyono melalui sambungan celullenya.
"Saya tidak merasa didzolimi oleh siapapun, saya selalu menghormati apa yang menjadi kebijakan di Partai Demokrat meskipun kedudukan saya di DPC bukan lagi sekretaris. Yang jelas dan yang pasti saya sebagai kader partai Demokrat akan terus berusaha membesarkan nama partai.
Mengenai nomer urut dalam pileg mendatang, itu semua tergantung DPC dan pengurus yang sudah mempunyai pertimbangan yang benar. Menurut saya itu bagus, supaya para calon legislator itu bekerja maksimal untuk mendulang suara di masing masing dapil. Pemilih akan lebih kenal dan paham siapa yang akan menjadi wakilnya nanti. Adapun isu suara saya akan dilibas di dapil VI, kita kembalikan kepada rakyat, sebab kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Saya tegaskan secara pribadi tidak merasa terdzolimi oleh siapapun, kalaupun ada isu seperti itu saya serahkan semua kepada masing masing orang untuk menilanya. Mohon do'a nya semoga isu itu tidak benar"jawab Ronny Wahyono dahari Sabtu (10/06/2023).
Pemilihan umum 2024 tinggal menghitung hari, masyarakat diharapkan bijak dalam memilih(H Suga)
Koresponden : $ipur
Editor : Gandul Asmoro